Tahun Baru Hijriyah

Kastara.ID, Jakarta – Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi akhirnya memberikan penjelasan tentang isu pengurus masjid ‘good looking.’ Isu ini sempat menjadi polemik lantaran disebutkan pengurus masjid ‘good looking’ kerap menjadi sumber penyebaran paham radikal.

Saat menghadiri Rapat Kerja dengan Komisi VIII DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin (8/9), Fachrul menegaskan isu pengurus masjid ‘good looking’ menyebarkan paham radikal bukan berasal dari pihaknya, melainkan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB).

Fachrul mengatakan, isu kontroversial itu pertama kali muncul di acara yang diselenggarakan Kemenpan-RB. Menurut Fachrul, hal itulah yang menyebabkannya berani melontarkan isu pengurus masjid ‘good looking’ saat mengkuti diskusi internal Aparatur Sipil Negara (ASN).

Mantan Wakil Panglima TNI ini menuturkan acara tersebut adalah diakusi internal. Materi tentang deradikalisasi dalam diskusi tersebut menurut Fachrul seharusnya bukan untuk disebarkan ke publik. Pasalnya ada banyak tempat yang harus diwaspadai.

Itulah sebabnya Fachrul menekankan pentingnya proses seleksi saat penerimaan ASN. Menurutnya hal itu perlu dilakukan dengan baik untuk menangkal masuknya benih-benih radikalisme ke dalam tubuh ASN.

Menag mengaku kecewa terhadap Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) Tjahjo Kumolo dan jajarannya. Pasalnya materi diskusi yang seharusnya untuk internal justru dipublikasikan secara luas. Hingga menjadi kontroversi dan polemik di masyarakat. Namun Fachrul mengaku tidak mungkin menegur Tjahjo secara langsung.

Sebelumnya dalam webinar bertema ‘Strategi Menangkal Radikalisme Pada Aparatur Sipil Negara’, pekan lalu (2/9), Menteri Agama Fachrul Razi menuduh masjid di lingkungan pemerintahan dan BUMN banyak yang terpapar radikalisme.

Mantan Wakil Panglima TNI itu mengatakan radikalisme disebarkan oleh pengurus masjid berpenampilan ‘good looking.’ Biasanya mereka hafal Al Quran dan hadis serta mampu berbahasa Arab dengan baik. Pernyataan tersebut menimbulkan kontroversi di masyarakat. (ant)