Slank Crossborder

Kastara.id, Jakarta – Area perbatasan Indonesia dengan negara tetangga Timor Leste akan heboh luar biasa, setelah group band ternama tanah air, Slank memastikan diri bersedia hadir mengebohkan Atambua, Belu, Nusa Tenggara Timur, di Lapangan Umum Simpang Lima Atambua, Jumat, 22 September 2017 mendatang.

Kepala Dinas Pariwisata Belu Johanes Andes Prihatin dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (5/9) mengucapkan terima kasih banyak kepada Kementerian Pariwisata (Kemenpar) yang sukses mendatangkan band papan atas tanah air ke tanah Atambua. Menurutnya, ini dipastikan akan meningkatkan partiwisata Belu atau Atambua di mata Timor Leste.

”Saya yakin akan banyak yang menyeberang ke Atambua, karena Slank bukan hanya dicintai oleh masyarakat Atambua, namun juga disukai oleh masyarakat Timor Leste. Ini saya pastikan semua ini berkat Kemenpar, karena tidak ada daya dan upaya kami bisa membawa Slank ke tanah Atambua,” ujar Johanes semringah.

Rencananya, band yang digawangi oleh Kaka dan Bimbim itu akan tampil pada pukul 18 sore pada 22 September. Pria yang biasa disapa Jap itu juga mempersilakan kepada saudara tetangga Timor Leste untuk hadir dan menyaksikan pertunjukan spektakuler tersebut dengan lighting dan sound system yang mumpuni.

”Silakan menyebrang, tempat anda untuk menyaksikan konser ini sudah kami sediakan dengan baik, pintu perbatasan kami buka dengan lapang, dan perbatasan akan buka dengan pintu yang lebih banyak. Kami jamin aman, dan silakan datang saudaraku membawa keluarga, karena Atambua sangat indah untuk disambangi,” kata Jap.

Lebih lanjut Jap mengatakan, setelah mendapatkan kepastian tanggal dari pihak manajemen Slank dan Kemenpar, maka pihaknya langsung berkoordinasi dengan seluruh elemen terkait di Atambua, unsur keamanan dan stakeholder pimpinan di Belu.

”Bahkan, kami dan Kemenpar telah mengirim tim promosi ke negara tetangga, agar acara ini berjalan sukses dan lancar, tentunya berdampak besar bagi pariwisata Indonesia,” ujar Jap.

Sebelumnya, Atambua juga mendatangkan Cokelat dan Jamrud pada 28 Agustus yang lalu. Pertunjukan yang dihadiri ribuan penonton itu tidak hanya wisatawan lokal, tapi juga masyarakat Timor Leste yang menyeberang melalui pintu perbatasan. Atambua memang berbatasan langsung dengan Timor Leste.

Saat itu, Jackline Rossy, vokalis Cokelat mengaku tidak menyangka dengan respons yang besar dari masyarakat. Termasuk kehadiran wisatawan dari Timor Leste. “Apalagi aku ada darah NTT. Dari dulu pengen banget bisa main di Atambua, dan akhirnya sekarang bisa terwujud,” ujar Jackline saat itu usai konser.

Jackline mengatakan, musik adalah bahasa universal yang dapat dengan mudah diterima banyak orang. Musik punya magnet yang luar biasa. Contohnya di Festival Cross Border Atambua 2017. Seluruh lapisan masyarakat berkumpul dan menikmati sajian yang disuguhkan. Jackline pun sepakat jika musik merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dengan pariwisata.

Musik bisa menjadi satu instrumen yang dapat menarik wisatawan untuk datang ke satu daerah. Lebih lanjut Edwin Marshal, pemain gitar Cokelat mengatakan, negara-negara seperti Singapura sendiri telah menjadikan konser musik sebagai salah satu usaha dalam menarik wisatawan.

“Karena musik memang punya magnet seperti itu. Kami sangat senang saat ini pemerintah turun langsung membuat event ini, karena memang musik bukan hanya hiburan tapi sebagai media yang dapat menarik kehadiran wisatawan,” ujar Edwin.

Menteri Pariwisata Arief Yahya juga sepakat dan telah berulang kali mengatakan bahwa musik adalah bahasa universal. “Untuk menciptakan crowd memang perlu bahasa universal dan musik adalah salah satu jawabannya,” kata Menpar.

Karena itu, ujar Menpar, Kementerian yang dipimpinnya juga kerap hadir dan memberi dukungan dalam berbagai penyelenggaraan konser musik. (nad)