PHASER

Kastara.ID, Jakarta – Untuk menangkal serangan drone agar tidak terulang kembali, pemerintah AS akan memasang PHASER, senjata pertahanan dengan gelombang energi, di garis pertahanan beberapa negara, termasuk Timur Tengah.

Kebijakan ini dipicu oleh serangan drone oleh milisi Houthi ke pengolahan minyak mentah di Arab Saudi, 14 September 2019, yang membuat Pentagon marah.

Michael Jirjis, yang memimpin eksperimen PHASER, mengatakan, beberapa PHASER akan berada di garis depan di daerah-daerah konflik di dunia di mana drone musuh menjadi ancaman, termasuk Korea Utara, Afrika, Ukraina dan — yang terbaru — Timur Tengah.

“Saat ini kami telah memberikan beberapa mesin untuk digunakan dalam uji coba di luar negeri dan sedang bekerja untuk mendukung berbagai pangkalan. Kami tidak dapat mengatakan lokasi spesifik mana saat ini,” kata Michael Jirjis kepada Popular Mechanics baru-baru ini di Washington.

Dalam video yang dilansir Angkatan Udara AS, mesin yang disebut HPM (high power microwave) dilengkapi radar untuk menembakkan gelombang mikro ke drone yang melintas. Drone yang terkena akan terbakar dan jatuh.

Angkatan Udara AS menghabiskan 16,28 juta dolar AS atau setara Rp 228 miliar dengan kurs Rp 14.000/1 dolar AS untuk satu prototipe PHASER sistem dengan gelombang mikro berdaya tinggi untuk uji coba selama 1 tahun ini. Tes tersebut dijadwalkan selesai pada 20 Desember 2020. (yan)