Banun Harpini

Kastara.id, Jakarta – Pemerintah melalui Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian RI luncurkan program Geber Ekspor Produk #PetaniKita. Program gerakan bersama tersebut bertujuan untuk menggenjot dan mengakselerasi berbagai produk pertanian agar berdaya saing ekspor. Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Karantina Pertanian Banun Harpini saat membuka program tersebut dalam acara 141th Bulan Bakti Karantina Pertanian di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Banten, Kamis (7/6).

“Kita mengajak publik untuk menjaga kekayaan sumberdaya pertanian kita dan juga mendorong agar produk yang dihasikan petani berdaya saing dan memberikan nilai lebih bagi mereka,” kata Banun di depan para eksportir dan stakeholder.

Sejalan dengan nawacita pemerintah, Badan Karantina Pertanian telah meluncurkan empat produk layanan publik sebagai upaya geber ekspor terhadap produk-produk petani kita. Layanan publik tersebut adalah sistem inline inspection, protokol karantina, sertifikat elektronik dan sistem IQFAST. Inline inspection adalah upaya Kementan dalam memenuhi persyaratan phytosanitary negara tujuan ekspor melalui pendampingan dari mulai hulu hingga hilir, seperti pemenuhan Good Agricultural Practice dan Good Handling Practice di tingkat petani.

Sedangkan protokol karantina adalah upaya Badan Karantina Pertanian dalam memperjuangkan agar produk-produk pertanian Indonesia dapat diterima masuk ke negara tujuan dengan persyaratan yang telah disepakati. Hal ini dilakukan ke beberapa tujuan ekspor, antara lain Tiongkok, Australia, NZ, Ukraina, Timor Leste.

Beberapa negara juga sudah bekerja sama terkait pengiriman sertifikat electronik karantina. Upaya ini dilakukan agar proses ekspor berjalan cepat, paperless, dan mudah. Untuk sistem pelayanan permohonan karantina sendiri Badan Karantina Pertanian juga sudah mengeluarkan inovasi terbaru berupa IQFAST. Sistem ini dapat menampung kebutuhan pengguna jasa berupa waktu layanan yang cepat dan transparansi biaya serta kebutuhan internal untuk pengawasan. Masih banyak pula upaya lain yang dilakukan untuk mendorong para entrepreneur di bidang pertanian agar mudah dalam mengangkat produk petani kita.

Pada saat yang bersamaan, Badan Karatina mencatat setidaknya ada 24 unit pelaksana teknis (UPT) Badan Karantina Pertanian yang juga melakukan geber ekspor berbagai produk pertanian. Yaitu di daerah Entikong, Padang, Cilacap, Palembang, Medan, Aceh, Pekanbaru, Belawan, Pangkalpinang, Surabaya, Tajung Balai Asahan, Jambi, Manado, Tanjungpinang, Banjarmasin, Denpasar, Balikpapan, Samarinda, Parepare, Sumbawa, Karimun, Semarang, dan Makassar. Komoditasnya di antaranya 100 ton cacao liquer tujuan Amerika, 50 ton sayur-mayur ke Jepang, 6,1 ton gula organik ke Rumania, 297 ton kelapa tujuan Tiongkok, 750 babi potong tujuan Singapura, dan 145 kg sarang burung walet tujuan Tiongkok.

Sementara itu geber ekspor produk pertanian yang langsung dikirim dari Bandara Soekarno Hatta pada hari ini di antaranya gaharu 308 kg, mangga 803 kg dan salak 153 kg, cengkeh 100 g, lada biji 100 g, kayu manis 100 g tujuan Saudi Arabi. Selain itu ada anthurium 37.774 batang, gerbera 3.234 batang, lomandra 585.354 box, philodendron 146.696 box, sygonium 11.550 box, dan tanaman hias lain 891.600 batang tujuan Australia. Ada pula benih tomat 1,65 kg tujuan India, jeruk limau 155 kg tujuan Ceko, reptil 500 ekor tujuan Hongkong dan Amerika, juga sarang burung walet tujuan Thailand dan Tiongkok sebanyak 300 kg dan 87 kg.

Seperti diketahui, untuk akselerasi ekspor produk pertanian, data dari Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa nilai ekspor pertanian tahun 2017 sebesar USS 33,1 miliar naik 24 persen dibandingkan ekspor tahun 2016 sebesar US$ 26,7 miliar. Sebaliknya impornya semakin menurun, kinerja 2017 ini diperoleh surplus US$ 15,9 miliar atau naik 48,8 persen dibandingkan tahun 2016 surplus US$ 10,9 miliar. Beberapa negara tujuan ekspor dengan frekwensi tinggi adalah Cina, Amerika Serikat, Jepang, Pakistan, dan India. Kelima negara ini tercatat sebagai negara tujuan ekspor di tahun 2017 dan semester 1 2018. Hal tersebut menunjukkan adanya geliat ekspor produk pertanian yang harus bersama-sama didorong.

Selain menggeber akselerasi ekspor produknya, Badan Karantina Pertanian juga terus berupaya mendeteksi dan mencegah masuknya hama penyakit baik hewan maupun tumbuhan lewat lalulintas produk pertanian antar pulau dan dari luar negeri. Sebagai informasi untuk penegakan hukum, sejak tahun 2017 terdapat 20 kasus yang ditangani, dengan P21 sebanyak 13 dan dalam proses sebanyak 7 kasus. Sementara untuk semester 1 tahun 2018 terdapat 18 kasus dengan P21 sebanyak 5 kasus.

Selain inovasi di tingkat pusat sebagai upaya geber tersebut, Badan Karantina Pertanian juga mendorong inovasi layanan di UPT untuk peningkatkan layanan agar pelayanan bisa lebih cepat, akurat dan akuntable. Semenjak dicanangkan di tahun 2017, sebagai Tahun Inovasi, seluruh unit pelaksana teknis telah menghasilkan inovasi layanan, di antaranya PrioqKlik yang telah berhasil menjadi Top 40 Inovasi Layanan Pelayanan Publik dari Kemenpan RB, QCak, Quarantine Tracker, Sijaka, dan inovasi lain untuk meningkatkan layanan publik, mempercepat ekspor produk pertanian.

Melalui kegiatan geber ekspor produk pertanian, Banun berharap agar kegiatan dapat terus berlanjut dan dapat memberikan inspirasi dan kepercayaan diri bagi petani kita, bahwa produk pertanian Indonesia juga mampu bersaing di kancah internasional. “Masyarakat bisa turut serta melakukan geber dengan menumbuhkan kepercayaan positif pada produk-produk hasil pertanian kita, yakin kita bisa,” pungkasnya. (nad)