Kalibaru merupakan sebuah kawasan pesisir di wilayah Jakarta Utara yang terkenal sebagai penghasil kerang hijau, di mana sebagian besar mata pencaharian masyarakatnya menggantungkan hidupnya dari industri kerang hijau. Namun, dalam proses pengolahannya industri tersebut menghasilkan limbah dalam jumlah besar, yang biasanya langsung dibuang ke pesisir pantai dan laut. Oleh sebab itu, Kalibaru memiliki tantangan yang besar terkait pengelolaan limbah kerang hijau dan degradasi kualitas lingkungan.

Kepala Bappeda Provinsi DKI Jakarta, Atika Nur Rahmania menyatakan bahwa Kalibaru Hub adalah inisiatif yang selaras dengan visi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Selain mengatasi masalah pengelolaan sampah dan degradasi lingkungan, program ini juga mendorong pemberdayaan Usaha Menengah, Kecil dan Mikro (UMKM) lokal, ekonomi sirkular, serta membuka kesempatan pembangunan tematik lainnya, khususnya pada wilayah kawasan pesisir.

“Kami bangga untuk memulai sinergi yang menunjukkan dampak program ketahanan kota berbasis komunitas. Sebagai pemerintah daerah, kami terus berupaya berperan sebagai enabler untuk mengatasi masalah perkotaan. Kami berharap program ini dapat menjadi solusi komprehensif untuk mendorong pencapaian TPB/SDGs di Kelurahan Kalibaru,” ujar Atika, dalam Siaran Pers Pemprov DKI Jakarta (7/2).

Pada tahun 2024, Program Kalibaru Hub yang didukung Resilient Communities Impact Funds (RCIFUNDs) dari Resilient Cities Network (RCN) dirancang untuk menciptakan alternatif produk dari limbah kerang dalam ekonomi mikro berbasis ekonomi sirkular yang inovatif. United Cities and Local Government Asia-Pacific (UCLG ASPAC) didapuk menjadi mitra utama dalam pengelolaan dan implementator program tersebut, dengan pelibatan para pemangku kepentingan terkait. Komunitas Cangkang Kering (Cangkring), yang merupakan kelompok usaha dalam skala kecil di RW 01 Kalibaru, dipilih sebagai pilot project dalam program ini. Komunitas yang terdiri dari para pengupas cangkang kerang, ibu rumah tangga, dan nelayan tersebut merupakan komunitas yang berfokus pada pemanfaatan limbah cangkang kerang di Kalibaru.

Dr. Bernadia Tjandradewi, Sekretaris Jenderal UCLG ASPAC menyebutkan, sinergi ini merupakan bagian dari komitmen UCLG ASPAC dalam mendukung Jakarta agar terus membangun ketahanan kota, yang dimulai dari level komunitas.

“Membangun ketahanan bisa dimulai dari mana saja, mendukung Kalibaru Hub dan komunitas Cangkring akan memberikan multiplier effect dalam upaya membangun ketahanan di Jakarta. Komunitas Cangkring diharapkan membawa manfaat lebih bagi komunitasnya dan masyarakat sekitar. Aspek lingkungan, persampahan, daur ulang (upcycling), generasi muda, gender dan keterlibatan masyarakat merupakan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam program ini. Manfaat tambahan yang ditunjukkan oleh komunitas Cangkring memiliki potensi yang sangat besar dalam mendukung upaya pembangunan ketahanan,” jelas Bernadia.

Sementara Direktur Eksekutif Resilient Cities Network Lauren Sorkin mengatakan, dukungan RCIFunds akan berperan penting dalam implementasi program Kalibaru Hub.

“Hal ini akan mendorong pemberdayaan para pelaku UMKM dengan dukungan alat produksi, pengembangan produk, dan peningkatan akses pasar. Program ini merupakan wujud sinergi dalam upaya mendorong pertumbuhan kewirausahaan lokal dan ketahanan komunitas,” tutur Lauren.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyadari pentingnya sinergi antar pemangku kepentingan, terutama melalui program-program ketahanan kawasan yang berfokus kesetaraan di kawasan perkotaan. Dengan mendorong pengelolaan sampah berkelanjutan dan menumbuhkan kewirausahaan lokal, Kalibaru Hub dapat menjadi contoh bagaimana pendekatan multi-aspek dan multipihak dilakukan untuk menghasilkan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang positif. (hop)