Kastara.id, Jakarta – Pengamat Geopolitik dari Universitas Tokyo Jepang Profesor Emiritus Satoshi Mori menilai perubahan geopolitik pasca perang dingin membuat terjadinya masalah dan juga ancaman yang mengancam stabilitas dunia internasional.

Pengamat Geopolitik ini menjelaskan dalam Jakarta Geopolitik Forum (JGF) di Jakarta, Jumat (19/5) bahwa ancaman tersebut akibat kasus terorisme yang semakin marak terjadi, krisis pengungsi di Eropa, masalah Brexit, menguatnya sentimen konservatif dan proteksionis, serta pemanasan global.

Ditambah lagi menurutnya, belum lama ini ancaman rudal Korea Utara. “Korea Utara sengaja meluncurkan rudal agar memancing Amerika Serikat ke meja perundingan, sebuah masalah yang harusnya sudah selesai sejak lama,” ujar Mori.

Namun Mori menegaskan bahwa Indonesia sudah berada di jalan yang benar. “Indonesia fokus kepada pembangunan infrastruktur, dan saya berharap Indonesia harus dapat melakukan lebih daripada itu,” katanya.

Ia juga menyarankan, Indonesia harus fokus pada pendidikan. Sehingga dapat mengembangkan produk-produk berteknologi tinggi agar dapat bergabung dengan deretan negara-negara kekuatan ekonomi dunia. Menurutnya, ke depan Indonesia dapat menjadi pemain penting dalam ekonomi dunia. Hal serupa juga dikemukakan oleh Sekjen China Institute of International Studies (CIIS) Yang Yi.

Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia dapat memainkan peranan penting dalam dunia internasional. “Indonesia negara ASEAN satu-satunya yang masuk G20. Kita bisa bekerja sama dalam bidang ekonomi, dan terutama dalam bidang maritim,” ujar Yang Yi.

Lebih lanjut ia mengungkapkan, Indonesia dengan Tiongkok, dapat berperan lebih jauh di kawasan Asia Tenggara dan dunia. Yang Yi pun mengatakan bahwa Indonesia dengan Tiongkok selama ini telah terjalin kerja sama yang baik. “Salah satunya kerja sama pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung” katanya.

Kendati demikian ia mengakui masalah Laut Tiongkok Selatan membuat negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia bersitegang dalam hubungan diplomatik dengan Tiongkok. Namun menurutnya masalah itu dapat diselesaikan dengan segera.

Yang Yi mengatakan, persoalan Laut Tiongkok Selatan sudah dibahas Presiden Jokowi tatkala bertemu Presiden Xi Jinping di Beijing pekan lalu. Mereka membicarakan masalah pertahanan dan keamanan, termasuk kerja sama dalam pengamanan Laut Tiongkok Selatan. “Presiden Jokowi akan mengajak negara-negara ASEAN untuk turut membicarakan masalah tersebut,” ujar Yang Yi. (dwi)