ULN

Kastara.ID, Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, sebagian besar negara mengalami kenaikan utang hingga dua digit dari masing-masing PDB.

“Dalam 2 tahun ini memang Indonesia menambah defisit 10,8 prsen dari GDP, tapi masih ada negara lain yang lebih besar,” kata Menteri Sri Mulyani dalam Raker Komisi XI DPR RI, Jakarta, Kamis (27/1).

Terbesar ialah India dengan pertumbuhan utang mencapai 24 persen, disusul Brazil tumbuh 19,5 persen dan China 18,7 persen. Kemudian disusul Arab Saudi naik 14,4 persen, Filipina naik 13,4 persen, Thailand naik 11,6 persen, dan Indonesia naik 10,8 persen.

Hanya Meksiko, Vietnam, dan Rusia yang kenaikan utangnya di bawah 10 persen, yakni masing-masing 8,7 persen, 8,6 persen dan 4,6 persen.

Sementara mayoritas negara indeks rill PDB 2021 belum kembali ke level pra pandemi atau 2019. Sehingga konsolidasi fiskal dirasa akan lebih berat. Di sisi lain, Indonesia menjadi salah satu negara yang indeksnya sudah kembali ke level pra pandemi.

“Kita bisa bayangkan, mereka ini akan lebih berat lagi untuk menuju pemulihan, apalagi ekonominya juga belum pulih ke level pra Covid-19,” kata dia.

Berbagai data tersbut kemudian menjadi dasar dalam membuat desain kebijakan. Termasuk memastikan kebijakan yang dibuat bisa bekerja dengan baik dan efektif dalam mengatasi masalah Covid-19 dan aksesnya di perekonomian.

“Ini cara kita melihat apakah desain kebijakan kita dan make sure ini relatif bekrja dengan baik dan efektif,” kata dia mengakhiri.

Sementara Tim Asistensi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Raden Pardede menyebut, pandemi Covid-19 telah menyebabkan utang Indonesia membengkak. Hal itu terjadi karena penerimaan pemerintah yang menurun, sementara belanja pemerintah meningkat. (mar)