Bojonegoro

Kastara.id, Jakarta – Duta Seni Budaya dari Kabupaten Bojonegoro relatif menonjol dalam mengenalkan seni budaya daerah, industri kecil dan kerajinan, serta potensi pariwisatanya. Setidaknya hal ini terbingkai dalam penyelenggaraan acara Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur, di Anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Minggu (26/8).

Kalau ditelaah lebih dalam, ada simbiosis mutualisme antara seni pergelaran yang ditampilkan dengan kemampuan membangun atmosfir kearifan lokal melalui konstruksi instalasi seni, yang merujuk pada kesadaran makna tentang pentingnya menyangga budaya. Tim kesenian dari Kabupaten Bojonegoro ini tidak hanya terfokus pada makna dan pengertian ‘pentas’ secara sempit di atas panggung. Mereka juga berhasil membangun elemen lain; tata ruang artistik di pelataran Anjungan Jawa Timur TMII, menjadi presentasi menarik bagi keunggulan potensi daerahnya.

Dengan mengusung tema ”Geopark Bojonegoro Lantung Tempo Dulu – Lantung Masa Kini”, duta Seni Kabupaten Bojonegoro, berhasil menawarkan cita rasa daerahnya, melalui pementasan seni, serta pameran dan bazar produk unggulan daerahnya. Pengunjung membludak.

“Kami ingin membuktikan bahwa atraksi budaya merupakan hal menarik bagi wisatawan, selain seni kriya, keindahan alam dan peninggalan sejarah. Kita harapkan gelar seni budaya dan promosi wisata ini bisa diapresiasi masyarakat secara luas,” ujar Pj. Bupati Bojonegoro Suprianto.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kabupaten Bojonegoro sebagai pihak pelaksana acara, memang nampak cukup serius menggarap paket promosi wisata budaya yang difasilitasi Badan Penghubung Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur ini. Hal yang tidak biasa misalnya, ada baliho besar terpampang di depan halaman anjungan Jawa Timur, yang memancing pengunjung ingin tahu.

Lihat saja bagaimana mereka juga membangun gapura ‘selamat datang’ dijaga duta wisata ’Kange–Yune’ (Mas dan Mbak) unsur penting menyambut tamu, dengan senyum sapa ramah, simbolisasi masyarakat yang terbuka. Altar Anjungan Jawa Timur di-setting sedemikian rupa menjadi ruang pajang dan penjualan yang menarik.

Asiknya lagi, ada berbagai produk unggulan daerah yang dipromosikan dan dipasarkan, antara lain; Batik khas Bojonegoro, kerajinan kayu jati kualitas ekspor, makanan khas ”Rengginang Singkong”, “Salak Wedi”, “Blimbing Ngringinrejo’, dan produk unggulan lainnya.

Seni Mengusung Tradisi
Dalam pergelaran itu, grup kesenian dari Bojonegoro menampilkan tiga paket kesenian yang menjadi ciri khas dan karakter daerah ini, tarian Encek Grenjeng, musik Oklik dan Pring Beling, serta drama tari berjudul Patra Ginawa Karya.

Tarian Encek Grenjeng, merupakan representasi sedekah bumi di dusun Grenjeng. Bentuk penghormatan kepada para leluhur, yaitu Akuwu Basunanda dan Nyi Lebdasari. Encek merupakan sesaji berisi makanan hasil bumi yang dipersembahkan sebagai bentuk sedekah bumi dan rasa syukur, dan menggelar kesenian Tayub (tarian persahabatan) sebagai hiburan kepada warga.

Sementara musik Oklik dan Pring Belin_, merupakan seni pertunjukan yang diyakini sudah ada sejak zaman raja-raja Jawa. Musik ini mengajak warganya agar melakukan; membersihkan grumbul (desa-kampung), membuat pengairan untuk ladang, membuat apotik hidup, mendirikan cakruk (pos penjagaan), dan senantiasa berserah diri kepada Tuhan dalam bentuk doa usaha. Dengan usaha ini diyakini warga masyarakat akan terhindar dari berbagai kesulitan dan pagebluk (bencana).

Sebagai pergelaran utama grup kesenian dari Bojonegoro ini, menampilkan drama tari Patra Ginawa Karya. Mengisahkan tentang desa kecil di tepian hutan di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah, Desa Wonocolo dengan Ki Watah sebagai Lurahnya dan didampingi kedua istrinya, Narsih dan Nyai Watah. Ki Watah penguasa wilayah dan pengusaha “minyak patra”. Ki Watah memiliki anak bernama Darma yang menjalin cinta dengan Kinasih anak tukang timba lantung. Kisah masyarakat penambang minyak tradisional tersebut dikemas secara epik dengan tarian tradisional khas Bojonegoro.

Hadir di acara ini Kepala Badan Penghubung Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dwi Suyanto, Kepala Sub Bidang (Kasubid) Pengelolaan Anjungan Badan Penghubung Daerah (Bapenda) Provinsi Jawa Timur Samad Widodo, Bupati Bojonegoro terpilih dalam Pilkada 2018 Anna Muawanah, serta perwakilan dari Kementerian Maritim.

Bojonegoro

Hadir juga Ketua dan Anggota DPRD Kabupaten Bojonegoro, Kepala Bidang Kebudayaan Disbudpar Kabupaten Bojonegoro HMN Taufiq, Pj. Sekretaris Daerah Kabupaten Bojonegoro, Yayan Rohman, jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, serta pengurus Pawarta (Paguyuban Warga Jakarta) asal Jawa Timur.

Para seniman yang terlibat di pergelaran ini adalah Nunung Dianawati (Penulis Cerita), Adi Sutarto (Sutradara), Nika Kusumawati (Asisten Sutradara), Boby Riski H dan Wahyu Adi Saputra (Penata Panggung), Eko Priyatno (Penata Artistik), Rian Susilo (Penata Musik), Dyas Kirana K (Penata Tari), serta puluhan pengrawit, penyanyi, dan penari.

Paket Kesenian Daerah dari Bojonegoro ini di bawah pembinaan Bupati Bojonegoro (Pj) Suprianto, selaku Pelindung. Sekretaris Daerah Kabupaten Bojonegoro (Pj) Yayan Rohman, selaku Penasehat. Bertindak sebagai Pimpinan Produksi adalah Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata dan Budaya Disbudpar Kabupaten Bojonegoro, Budiyanto.

Para Juri Pengamat Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur adalah Suryandoro (Praktisi dan Pengamat Seni Tradisi), Eddie Karsito (Wartawan, Penggiat Seni dan Budaya), Nursilah (Dosen Seni Tari Universitas Negeri Jakarta), dan Catur Yudianto (Kepala Bagian Pelestarian dan Pengembangan Bidang Budaya TMII).

Pergelaran selanjutnya akan menampilkan duta seni dari Kota Batu Malang (2 September 2018), Kabupaten Ngawi (10 September 2018), paket khusus Festival Jaranan (16 September 2018), Kabupaten Jombang (23 September 2018), dan Kabupaten Blitar (30 September 2018). (hero)