Energi Baru Terbarukan

Kastara.id, Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bekerja sama dengan Kedutaan Besar Denmark di Jakarta menyelenggarakan Clean Technology Roundtable Discussion di Hotel Raffles Jakarta.

Diskusi tersebut merupakan rangkaian dari kunjungan kenegaraan Perdana Menteri Denmark Lars Lokke Rasmussen ke Indonesia. Diskusi ini juga melibatkan perwakilan pemerintah dan kalangan bisnis dari kedua negara, dan terbagi atas forum energi dan forum lingkungan.

Dalam sambutannya, Rasmussen mengungkapkan keinginan Denmark untuk membantu Indonesia dalam pemanfaatan sumber energi dari EBT. “Kerja sama antar Pemerintah saat ini mengindikasikan akan memberikan dampak pada biaya yang efektif di Indonesia untuk memanfaatkan sumber EBT yang besar. Denmark akan senang untuk membantu,” kata Rasmussen dalam keterangan resmi Kementerian ESDM, Kamis (30/11).

Ia berharap agar segera memulai kerja sama di sektor energi dan lingkungan yang akan membawa dampak positif khususnya bagi Indonesia, Denmark, dan dunia.

Dalam diskusi tersebut, Menteri ESDM Ignasius Jonan menyatakan bahwa Indonesia tetap berkomitmen pada target bauran energi dari Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada tahun 2025.

“Indonesia selalu berkomitmen terhadap bauran energi (dari EBT) sebesar 23 persen pada 2025. Ini bukan pekerjaan yang mudah maupun tujuan yang mudah, sejauh ini kami sudah mencapai kurang dari 50 persen dari komitmen tersebut dan kami akan tetap berusaha untuk mencapai semaksimal mungkin yang kita bisa,” ujarnya.

Menurut Jonan, seharusnya tidak hanya membahas gambaran umum, namun harus membuat diskusi menjadi nyata. “Acara hari ini seharusnya tidak hanya membahas big picture atau milestone. Saran saya adalah untuk membuatnya nyata, sederhana, dan dapat dilaksanakan (workable),” tegasnya.

Ada beberapa hal dari energi hidro yang harus diperhatikan, pertama adalah size (kapasitas) yang kedua adalah lokasi, ketiga adalah tarif, dan keempat adalah keputusan memilih local partner.

“Kami tidak akan mengarahkan siapa yang harus Anda ajak bekerjasama, namun Anda pilih sendiri partner lokalnya. Saya mengerti bahwa Denmark memiliki 40 persen sumber energi dari angin, ini sangat besar. Kami baru saja memulai 3 project untuk sumber energi angin, 2 di Sulawesi Selatan dan 1 di Kalimantan Selatan. Saya mendapatkan informasi dari Duta Besar (Denmark untuk Indonesia) bahwa di Denmark, tarif untuk energi angin kurang dari USD 4 sen/kWh. Di Indonesia masih banyak yang tidak mempercayai bahwa harga energi EBT bisa lebih murah dari fosil. Jadi, jika rekan-rekan dari PLN sudah siap dengan rencana size (kapasitas), lokasi dan tarif, saya dapat memberikan komitmen,” tambahnya.

Sebagaimana diketahui, tarif IPP Tenaga Angin di Denmark, yakni di bawah USD 4 sen/kWh untuk onshore dan di bawah USD 6 sen/kWh untuk offshore. Denmark mengoperasikan 40 persen dari total pembangkit dengan tenaga angin. Energi terbarukan akan terus makin efisien dan mendominasi persaingan dengan energi lainnya.

Jonan menekankan bahwa pertemuan ini harus menghasilkan implementasi nyata, bukan hanya wacana. “Jadi mari melangkah maju ke depan seperti arahan Presiden Jokowi kemarin bahwa implementasi kerja samanya harus nyata, tidak hanya sebatas rapat,” sebut Jonan.

Usai sambutan dari Jonan dan Rasmussen, dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman “Economic Modelling of Load Dispatch” antara PT Perusahaan Listrik Negara dan Danish Energy Agency Kedutaan Besar Denmark.

Denmark merupakan rekan yang penting bagi Indonesia, dan kolaborasi antara Indonesia dan Denmark telah tumbuh dengan baik, terutama di sektor EBT. Sebelumnya, Indonesia dan Denmark telah menandatangani Nota Kesepahaman pada 22 Oktober 2015 lalu. Nota kesepahaman tersebut adalah Kerja Sama di bidang Energi Bersih, Energi Terbarukan, dan Konservasi Energi.

Dalam usaha membangun energi terbarukan, Indonesia dapat belajar dari Denmark karena negara tersebut telah sukses dalam membangun energi terbarukan. Di tahun 2015, energi angin telah berkontribusi sebesar 42% dari produksi listrik di negara tersebut. Sejauh ini, kerja sama dengan Denmark telah menghasilkan Peta Potensi Energi Angin Indonesia yang telah diluncurkan pada Mei 2017 lalu.

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo telah melakukan pertemuan bilateral dengan Rasmussen dan telah menandatangani Plan of Action 2017-2020 untuk kerja sama yang lebih erat. Di sektor energi, Indonesia dan Denmark akan bekerja sama pada pengembangan proyek energi, seperti proyek energi terbarukan berskala besar dan melalui investasi Denmark di Indonesia. (mar)