Kastara.ID, Jakarta – Mantan Aktivis OPM John Norotouw menegaskan bahwa integrasi Papua sudah final. Jadi sekarang ini generasi penerus untuk mengerti bahwa masa depan ada di tangan anak-anak Papua untuk lebih baik.

John menegaskan bahwa sejarah jangan dijadikan momok namun harus dipelajari sehingga tidak salah.

“Integrasi teritorial sudah final. Saya harap anak-anak Papua yang sedang belajar di mana saja. Seluruh di Indonesia dan tanah Papua untuk mengerti. Sejarah itu bukan momok, tapi harus dipelajari,” kata John Norotouw saat mengikuti webinar ‘Ilusi 1 Desember Sebagai Kemerdekaan Papua Barat’ yang diadakan PPID, Selasa (30/11).

Menurut John, Papua adalah salah satu perekat kuat tali nasionalisme yang dibangun di atas rasa cinta persaudaraan. “Saya menegaskan kehadiran Papua dalam Indonesia ini adalah sesuatu terjadi atas kehendak maha kuasa,” katanya.

Koordinator PPI Dunia Kawasan Asia-Oseania Achyar Al Rasyid menegaskan, 1 Desember diperingati sebagai kemerdekaan Papua Barat hanya ilusi saja.

Pasalnya, berdasarkan Hukum Internasional maupun sejarah tidak ada yang bisa membenarkan. “Itu semua adalah penjajah  Belanda yang bermanuver agar Papua Barat Merdeka. Tapi, Belanda sendiri tidak ada dokumen yang menjelaskan Papua merdeka. Dalam sejarah juga warga Papua ikut berjuang untuk kemerdekaan NKRI. Bahkan, dalam sejarah Sumpah Pemuda. Tetap, Papua adalah bagian dari NKRI,” tegasnya.

Achyar menilai bahwa pembangunan di Papua sangat baik terlebih di era Jokowi saat ini. Di antaranya, penyelenggaraan PON yang sukses, memperkuat interpreuner warga Papua, pembangunan infrastruktur seperti jalan tol sebagai penghubung dan lainnya. Menurutnya, upaya tersebut sebagai bukti bahwa Pemerintah tengah menggenjot bangunan di Papua.

“Bagaimanapun juga di Pemerintahan Jokowi dengan adanya dana Otsus pembangunan sangat pesat. Bahkan, di sektor pariwisata Papua sudah menjadi tujuan destinasi pariwisata mancanegara. Dengan pesatnya pembangunan diharapkan bisa memberikan efek pembangunan lainnya di Papua,” harapnya.

Achyar mengatakan bahwa salah satu tugas pelajar khususnya pelajar di Luar Negeri harus menjaga nama baik bangsa. Untuk itu, lanjutnya, bagi yang belajar di Luar Negeri agar mempererat persaudaraan dan saling memonitoring.

Jangan sampai, ada yang terpengaruh dengan ajakan atau penggalangan oleh kelompok separatisme. Salah satu solusinya, dengan menyampaikan realita positif  Indonesia atau Papua dengan bahasa internasional.

Pasalnya, baik di medsos maupun media asing banyak yang memojokkan nama baik Pemerintahan Indonesia yang dikaitkan dengan Papua. “Mari kita sampaikan fakta,  berita positif tentang Papua dan Indonesia bahasa internasional atau bahasa Inggris. Yang kita sampaikan bahwa Papua dan Indonesia baik-baik saja. Tentunya, perlu diingat setelah belajar di Luar Negeri jangan lupa pulang membangun Papua dan NKRI,” tandasnya. (*)